Cerbung --Bidadari Senjaku--
Cerbung:
~ Bidadari Senjaku ~
![]() |
Id.pinteres.com |
Oleh Nur Fuad As-syaiban.
Seperti biasa, sore Rabu selepas sholat ashar, aku mengisi kultum di Masjid Baitur Rohim Desa Lemahayu.
Menyampaikan sedikit ilmu yang aku ketahui dari kitab-kitab yang pernah kupelajari di Pesantren dulu.
Topik yang aku sampaikan kali ini adalah, mengenai ciri-ciri Istri solihah, mengingat jemaat yang kebanyakan dari kalangan remaja ranum seperti diriku dan Pasutri yang baru menikah.
Jujur dari lubuk hatiku, aku merasa tidak pantas berada di atas podium untuk berceramah di depan jemaat yang usianya lebih tua dariku. Sebab minimnya ilmuku dibandingkan Ustaz-ustaz senior di daerah sini. Namun, hendak bagaimana lagi Imam besar Masjid Baitur Rohim sendiri, KH. Nasrulloh Amin lah yang memintaku untuk menggantikan tugas beliau untuk beberapa bulan. Lantaran beliau sedang melakukan tugas rihlah ilmiah di Timur Tengah sekaligus melaksanakan ibadah umroh. Alhasil, aku hanya bisa pasrah dan menjalankan amanat ini dengan diniati untuk beribadah dan berkhidmah.
Setelah hampir satu jam aku menyampaikan ceramah, kulanjutkan masuk ke sesi tanya-jawab.
"Sekiranya dari para jemaat ada yang ingin bertanya, silahkan! Kita diskusikan dan jawab bersama. Bila jawaban tidak ditemukan, kita jadikan PR dan menanyakannya pada Ustaz yang lebih alim lagi."
Baru setelah sekitar setengah menit kemudian, ada salah satu jemaat yang mengangkat tangannya untuk bertanya.
"Iya. Silahkan, mau bertanya apa, Akhi ?"
Sahutku.
"Pak Ustaz Zaki, nama saya Randi Haikal. Heummmm... Saya mau bertanya bagaimana do'a saat mencium ubun-ubun istri?"
"Waduuh! Pertanyaan bagus nih. Menantang sekali, terlebih bagi saya yang masih berstatus lajang. Hehe"
Jawab saya disusul dengan tawa renyah dari para jemaat.
"Baiklah, Jamaah Rohimakumulloh. Seorang suami memang dianjurkan untuk menyentuh dan mencium ubun-ubun isterinya, hal itu biasanya dilakukan setelah akad nikah selesai. Nah, doanya kayak gimana?
Imam Annawawi dalam salah satu karyanya menganjurkan do'a sebagai berikut:
بَارَكَ اللهُ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ أَللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ "
"Faham, Akhi Randi?"
"Faham,Ustaz! Cuman artinya gimana ya?"
"Ooh. Hehehe. Kira-kira artinya kaya gini; Semoga Allah memberkahi masing-masing dari kita dengan pasangannya.Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiat yang ia bawa dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa. Cukup, Akhi Randi?"
"Cukup, Ustaz Zaki. Terimakasih"
Setelah tanya-jawab selesai, akupun pamit undur diri. Di samping tidak ada lagi dari jamaah yang bertanya, aku juga agak terburu-buru pulang hendak membantu Ibu di rumah.
"Oke. Tibalah kita di penghujung acara pada sore hari ini, semoga apa yang telah kita bahas tadi menjadi ilmu yang bermanfaat, Kafa qouli hunaka lakum wa'fu minkum tsummassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh"
"Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh" Para jamaah menjawab salam secara bersamaan.
Setelah salam, aku pun turun dari podium dan disambut beberapa orang dari jemaat yang ingin bersalaman. Ada yang mau mencium tanganku. Namun, aku menolakya dengan bergegas menarik jabat tanganku itu. Aku merasa belum pantas untuk dicium tangannya, masih terlalu bodoh dan hina.
Senyum sapa kutebarkan kepada mereka, sebagai rasa penghormatanku. Dan Randi, jamaah yang tadi mengajukan pertanyaan menghampiriku lalu menawarkan agar aku mampir ke rumahnya.
"Pak Ustaz Zaki, yuk mampir ke rumah saya!"
Randi menawarkan.
"Iya, Akhi Randi. Terimakasih, lain kali saja yah?"
"Yaaah! Ustaz Zaki sibuk ya?"
"Lumayan, Akhi. Ini mau ke warung dulu, disuruh Ibu beli gula terus langsung pulang. Nggak apa-apa kan, Akhi?"
"Nggak apa-apa, Ustaz. Santuy aja"
"Oh. Yaudah kalo gitu saya duluan ya? Assalamu'alaikum!"
"Wa'alakum salam warohmatulloh."
Aku pergi ke halaman masjid untuk mengambil sepeda ontelku yang kuparkirkan di sana kemudian beranjak pergi.
Sambil mengayun kunikmati panorama alam di Desa Lemahayu. Menikmati hembusan angin sore yang menyorotkan warna oranye kekuning-kuningan, lisan ini tiada henti menyanjungkan kalimat indah.
Tiba-tiba netraku menangkap panorama terindah, lebih indah dari lukisan langit, jantung dalam dadaku sepertinya berhenti berdetak, hembusan angin berhenti bersemilir, waktu pun juga berhenti berputar. Mata dan hatiku terkagum melihat makhluk terindah ciptaan Tuhan yang diciptakan dari tulang rusuk Manusia.
Siapakah gerangan putri Hawa Itu? Si jelita berkerudung putih dibalut gamis ungu.
Aduhai, aku telah terjatuh, hatiku telah lumpuh dan tertawan tali cinta puteri Adam.
"Astaghfirullohal'adziim!".
.
Bersambung....
0 Response to "Cerbung --Bidadari Senjaku--"
Post a Comment