Syarat Ber-ijtihad


Syarat-syarat Mujtahid



 


Jika ada yang bertanya,"apakah boleh kita dalam beragama islam langsung mengambil dari alquran dan hadits saja?"


Maka, jawabannya adalah,"kita wajib mengambil hukum langsung dari alquran dan hadits."


Demikian itu, selagi kita mampu dan memenuhi kapasitas, bahkan kita tidak diperbolehkan untuk bertaqlid kepada orang lain.


وليس للعالم أي المجتهد أن يقلد لتمكنه من الاجتهاد 


"Dan orang alim, yakni seorang mujtahid tidak boleh bertaqlid (pada mujtahid lain) sebab mampunya dia untuk melakukan ijtihad."


[المحلي، جلال الدين، شرح الورقات في أصول الفقه - المحلي، صفحة ٢٢٠]





Namun, jika tidak memenuhi kriteria, maka kita wajib untuk bertaqlid pada orang yang mampu, yakni mengikuti pada seorang mujtahid.


فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النَّحْلِ:43] 


"Maka, bertanyalah kepada ahlinya (ulama) jika kalian tidak tahu.(An-nakhl:43)."


وَفِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ الْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدَ عَصَا اللَّهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَا أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي) .فَ هَذِهِ أَوَامِرٌ بِطَاعَةِ الْعُلَمَاءِ وَالْأُمَرَ


"Dalam hadits yang disepakati, dari Abi Huroiroh dari Rosululloh Saw. Beliau bersabda: 'barang siapa yang mentaatiku, maka dia mentaati Allah, dan barang siapa mendurhakaiku, maka dia mendurhakai Allah, barang siapa yang mentaati penguasaku, maka dia mentaatiku, dan barang siapa yang mendurhakai penguasaku, maka dia mendurhakaiku'. Ini adalah perintah-perintah untuk taat pada ulama dan para penguasa."


[ابن كثير، تفسير ابن كثير ت سلامة، ٣٤٥/٢]


Orang yang langsung kembali pada alquran dan hadits, padahal tidak mampu untuk berijtihad, maka dia dianggap orang fasiq.


ومن زعم أنه لا يرى التقليد ولا يقلد دينه أحدًا فهو قول فاسق عند اللَّه ورسول - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 

"Dan barang siapa yang mengklaim bahwa dirinya tidak menganggap adanya taqlid dan tidak bertaqlid pada seseorang, maka itu adalah ucapan orang fasiq di sisi Allah dan RosulNya Saw."


[ابن أبي يعلى، طبقات الحنابلة، ٣١/١]


Lalu apa saja syarat-syarat diperbolehkannya kembali pada alquran dan hadits tanpa perlu ulama atau bermadzhab, dalam artian apa saja syarat-syarat berijtihad?


Jawabannya:


ومن شرط المفتي وهو المجتهد أن يكون عالماً بالفقه أصلاً وفرعاً خلافاً ومذهباً  أي بمسائل الفقه، وقواعده  وفروعه  وبما فيها من الخلاف  ليذهب إلى قول منه ولا يخالفه، بأن  يحدث قولاً آخر، لاستلزام اتفاق من  قبله بعدم ذهابهم إليه [على نفيه]


"Dan di antara syarat seorang Mufti (pemberi fatwa), yakni seorang mujtahid adalah harus alim ilmu fiqih baik asal, furu', khilaf dan seputar madzhab, yakni alim dengan masalah-masalah fiqih dan kaidah-kaidahnya, furu'iyahnya dan alim mengenai khilaf-khilaf ulama dalam furu'iyyah tersebut, agar supaya dia mengeluarkan pendapat yang tidak bertentangan dengan memunculkan pendapat lain. Supaya tetap berittifaq dengan ulama sebelumnya, pada tidak adanya pendapat-pendapat yang oleh ulama sebelumnya ditiadakan.


وأن يكون كامل الآلة في الاجتهاد عارفاً بما يحتاج إليه في استنباط الأحكام من النحو واللغة ومعرفة الرجال الراوين للأخبار  ليأخذ برواية المقبول منهم دون المجروح.


"Dan harus orang yang sempurna memiliki kapasitas berijtihad, paham dengan apa yang dibutuhkan dalam penggalian hukum-hukum, seperti ilmu nahwu, bahasa, mengenali perawi-perawi hadits, sehingga dia mengambil riwayat yang dapat diterima dari para perawi tersebut, bukan riwayat yang marjuh."


وتفسير الآيات الواردة في الأحكام والأخبار الواردة فيها ليوافق ذلك في اجتهاده ولا يخالفه


"Dan mengetahui tafsir ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hukum, supaya tafsiran-tafsiran tersebut sesuai dengan ijtihadnya dan tidak bertentangan."


وما ذكره من قوله عارفاً إلى آخره من جملة آلة الاجتهاد ومنها معرفته بقواعد الأصول  وغير ذلك 


"Apa yang telah disebutkan oleh pengarang dari awal hingga akhir ungkapan 'arifan...' adalah sebagian dari perabot ijtihad dan di antaranya lagi adalah harus mengetahui kaidah-kaidah ushul dan lain sebagainya(¹)."


(¹)كمعرفته بمواقع الإجماع والناسخ والمنسوخ وأسباب النزول ونحو ذلك


"Seperti mengetahui tempat-tempat ijma', nasihk-mansukh dan asbabun nuzul dan lain sebagainya."


[المحلي، جلال الدين، شرح الورقات في أصول الفقه - المحلي، صفحة ٢١٩]


Jadi kalau ditanya apa faidah lafadz "قد" yang masuk pada fi'il mudlorek saja tidak tahu, maka jangan berani-beraninya langsung ke alquran dan hadits.




Wallahu A'lamu Bishhowaab.

0 Response to "Syarat Ber-ijtihad"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel