Puasa Ramadhan

 

PUASA RAMADHAN

Kalam.sindonews.com



Oleh: Nur Fuad As-syaiban.



Puasa di bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib. Pertama kali diwajibkannya puasa yaitu pada tahun 2 Hijriyah(Attarikh Attasyri',  Hal. 41.) berkenaan dengan tahun 624 Masehi.

Di antara perintah untuk melakukan puasa adalah surat Al-baqoroh ayat 183:

يا أيها الذين ٱمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون.

"Wahai, orang-orang yang telah beriman, difardlukan bagi kalian untuk berpuasa, sebagaimana yang telah difardlukan pada umat sebelum kalian. Pasti kalian akan menjadi orang-orang yang bertakwa. "

Arti puasa sendiri secara bahasa adalah "الإمساك/al-imsak" Translet ke dalam bahasa Indonesianya yaitu " Menahan". Sedangkan secara sudut pandang fikih, puasa yaitu, :

إمساك عن مفطر  بشروطه

"Menjaga/menahan diri dari hal-hal yang berpotensi membatalkan puasa dengan syarat dan ketentuan tertentu" (Fathul Mu'in Hal 54.)

A. Niat Berpuasa

Berniat untuk melakukan puasa Ramadhan adalah wajib, dimulai sejak matahari terbenam sampai terbitnya fajar.

إيقاع النية ليلا أي فيما غروب الشمس وطلوع الفجر ولو في صوم المميز

"Menyelaraskan niat di waktu malam, maksudnya: waktu di antara terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar,(hal itu wajib) meski bagi puasanya seorang anak yang  masih tamyiz." (Fathul Mu'in Hal.55.)

Niat sendiri adalah barometer suatu amalan.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rosululloh Saw. :

إنما الأعمال بالنيات

"Sungguh setiap amalan itu bergantung pada niatnya. "

Jika seorang yang berpuasa dan tidak berniat. Maka, sia-sia lah puasa yang dijalaninya itu, dalam artian secara garis hukum fikih puasanya tidak sah.

Pengertian niat yaitu;
قصد شيء مقترنا بفعله

"Menyengaja sesuatu bersertaan pekerjaan yang dilakukan. "

Jika pendreskripsiannya dipukul rata begitu. Maka, seharusnya niat dilakukan pas saat fajar muncul. Namun, siapa yang bisa menjumpai tepat saat fajar tiba? Yang demikian justru malah akan menyulitkan.

يريد  الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر.

"Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia juga tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. "

Niat puasa wajib, harus lah dilakukan di waktu malam, bahkan orang yang ragu-ragu apakah niatnya dilakukan sebelum terbitnya fajar atau sesudah terbitnya fajar, tidak sah niatnya tersebut.

قال شيخنا لو شك هل وقعت نيته قبل الفجر او بعده لم تصح.

"Imam Ibnu Hajar berkata: jika seorang sho'im ragu-ragu apakah niat puasanya dilakukan sebelum fajar atau setelah fajar. Maka, niatnya itu tidak sah. "

Berbeda dengan orang yang sudah niat lalu ragu-ragu apakah fajar sudah muncul atau belum. Sebab pada asalnya adalah tidaka adanya kemunculan fajar.

Tempat niat yang sesungguhnya adalah di dalam hati, tidak sah juga niat yang hanya diucapakan dengan lisan saja. Syaikh Nawawi Al-bantani menguraikan hal ini dalam karyanya yang bernama Kasyifatus saja:

ولا تكفي النية باللسان دون القلب كما لا يشتطر التلفظ بها قطعا لكنه يندب ليعاون اللسان القلب
"Niat tidak bisa dicukupkan hanya dengan lisan saja tanpa menghadirkan dalam hati, sebagaimana tidak disyaratkannya menlafadzkan niat saja. Akan tetapi, disunnahkan melafadzkan niat dengan tujuan agar lisan bisa menolong(membantu menghadirkan niat dalam) hati. " (Kasyifatussaj, Hal. 117).

B. Lupa Niat Puasa.

Bagi orang yang tidak niat puasa di malam harinya baik karena lupa atau karena saking tidak tahunya. Maka, konsekuensi yang harus ditanggung adalah tetap imsak yakni menahan dari hal yang membatalkan puasa dan harus mengganti(meng-qodlo') puasanya sesegera mungkin(setelah bulan puasa dan tanggal satu syawal selesai) jika meninggalkan niat puasa di malam hari tersebut dikarenakan unsur kesengajaan, tidak tidak sengaja. Maka, tidak wajib sesegera mungkin.

Ini adalah dalam konteks puasa fardlu, jika puasa yang dilakukan adalah puasa sunnah. Maka, beda lagi pembahasannya, yaitu dibatasi sampai tergelincirnya matahari(siang) jikalau selama sampai waktu itu belum melakukan hal yang membatalkan puasa seperti: Makan, bersenggama, kufur, haidl, nifas, dan gila. Pendapat ini berdasarkan sebuah hadits:

فقد دخل النبي صلى الله عليه وسلم على عائشة ذات يوم فقال هل عندكم شيء فقالت لا قال فإني إذا أصوم قالت ودخل علي يوما ٱخر فقال أعندكم شيء قلت نعم قال إذا أفطر اإن كنت فرضت الصوم

"Suatu hari Nabi Saw. Pernah mendatangi Sayidah A'isyah dan bertanya: apakah ada sesuatu(yang bisa untuk dimakan)? Sayidah A'isyah menjawab; tidak ada. Ya sudah saat ini juga aku puasa. Sayidah A'isyah berkata bahwa di hari yang lain Nabi Saw juga datang padaku dan bertanya; apakah ada sesuatu(yang bisa untuk dimakan)? Saya menjawab: ada. Maka, Nabi Saw. Pun berkata: saat ini juga aku berbuka(tidak puasa) meskipun aku sendiri yang menfardlukan puasa(fardlu.). "

Maka, antisipasi agar hal ini tidak terjadi, yakni lupa tidak niat di setiap malam bulan Ramadhan. Beberapa guru-guru menganjurkan untuk menggabungkan niat puasa satu bulan penuh.

قال الزيادي لو نوى ليلة أول رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأول لكن ينبغي له ذلك ليحصل له صوم الذي نسى النية فيه عند مالك

"Imam Azziyadi berkata: jika seorang yang berpuasa niat di malam pertama bulan Ramadhan untuk niat puasa satu bulan. Maka, tidak bisa dicukupkan di selain malam pertama bulan Ramadhan. Akan tetapi hal tersebut dianjurkan, supaya puasa yang lupa diniati pada setiap malam. Menurut Imam Malik Ra. "(Fathul Mu'in/Kasyifatus Saja.)

Maksudnya bahwa menggabungkan niat puasa untuk satu bulan penuh hanya bisa dilakukan pada tanggal pertama di malam bulan Ramadhan, jika malam pertama sudah terlewatkan. Maka, tidak bisa. Hal ini adalah sebagai antisipasi apabila lupa niat di setiap malam harinya, sehingga puasanya tetap sah dan tidak perlu lagi imsak serta meng-qodlo'nya di lain hari.

Yang demikian ini adalah pendapat dari Madzhab Imam Malik.

قال الزيادي لو نوى ليلة أول رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأول لكن ينبغي له ذلك ليحصل له صوم الذي نسى النية فيه عند مالك

"Imam Azziyadi berkata: jika seorang yang berpuasa niat di malam pertama bulan Ramadhan untuk niat puasa satu bulan. Maka, tidak bisa dicukupkan di selain malam pertama bulan Ramadhan. Akan tetapi hal tersebut dianjurkan, supaya puasa yang lupa diniati pada setiap malam. Menurut Imam Malik Ra. "(Kasyifatus Sajaa.)

Mungkin yang menjadi pertanyaan besar adalah. Bolehkah orang yang bermadzhab Syafi'iyah juga mengambil pendapat dari Madzhab lain.
Jawabannya adalah, boleh. Selama tidak melakukan talfiq.

Dalam kitab Al-fatawi Al-haditsiyyah. Hal. 83. Disebutkan.

كان يقلد شافعي مالكا من طهارة الكلب ويمسح بعض رأسه، لأن صلاته حينئذ لا يقول بها مالك لعدم مسح كل الرأس ولا الشافعي انجاسة الكلب.

" Talfiq yaitu seperti contoh: Seorang pengikut madzhab Syafiiyah mengikuti madzhab Imam Maliki dalam masalah sucinya anjing. Sementara itu ia hanya mengusap sebagian kepala saja ketika berwudlu(mengikuti madzhab Syafi'i). Demikian ini tidak diperbolehkan. Karena sholatnya orang tersebut tidak sah menurut pandangan Imam Malik(sebab mengusap seluruh kepala). Dan juga menurut pandangan Imam Syafi'i(Sebab anjing itu termasuk najis Mugholadhoh).

Adapun lafadz niat puasa sebulan penuh yaitu:

نويت صوم جميع شهر رمضان هذه السنة تقليدا لإمام مالك فرضا لله تعالى.

والله أعلم بالصواب

Mengenai lafadz niat puasa Ramadhan, yakni lafadz "رمضان" Apakah dibaca "Na" Atau "Ni", silahkan baca di Link berikut.👇

https://www.facebook.com/100003626645349/posts/1874521769345360/?app=fbl

0 Response to "Puasa Ramadhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel