Tasawuf yang Mistik atau Mistik memang Tasawuf?
Nama : Vina Rezqi Ningrum
NIM : 20101834
Kelas : 2PAIB
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Judul Esai : Tasawuf yang Mistik atau Mistik memang Tasawuf?
Pengantar
Tasawuf dan mistik adalah dua istilah yang berbeda, namun apabila dikaji secara mendalam maka akan ditemukan nilai-nilai kemiripan, meskipun ada beberapa hal juga sangat berbeda. Kemudian bagaimana letak persamaan dan perbedaan antara tasawuf dengan mistik? Dimana saja letak persinggungan antara keduanya?
Tasawuf
Kajian tentang tasawuf adalah kajian yang esoteris dan sangat rahasia serta tidak bisa dipisahkan dari subjektivitas para sufi sebagai pelaku tasawuf itu sendiri. Ibrahim Basyuni menjelaskan tasawuf dengan tiga perspektif sesuai tingkatannya, yaitu al-bidayah, al mujahadah, dan al-madzaqat. Pertama, al-bidayah (pemula), yaitu secara fitri manusia sadar bahwa tidak dapat menguasai dirinya sendiri sehingga muncul dorongan untuk mendekati-Nya. Kedua, al-mujahadah, sebagai unsur perjuangan karena adanya rintangan yang menghalangi tujuan. Kemudian yang ketiga, al-madzaqat, mengandung arti bahwa seorang sufi telah mampu mengatasi segala hambatan untuk mendekati realitas yang mutlak.
Dari berbagai pengertian yang terlah terpapar diatas maka dapat disimpulkan, tasawuf merupakan sebuah pengalaman berupa hadirnya pengetahuan diri yang hakiki, tepatnya pengetahuan dan kesadaran tentang Tuhan, selain itu terdapat usaha untuk menjalin hubungan dengan Tuhan yang diyakini akan membawa ketenangan dunia dan akhirat.
![]() |
Sumber gambar: zonasufi.blogspot.com |
Tasawuf harus senantiasa berjalan bergandengan dengan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber utamanya, dan tradisi-tradisi yang berkembang di dalam Islam sebagai variasi akan nilai-nilai ketasawufan. Jika ditemukan pemahaman dan pengamalan (praktik) tasawuf yang menyimpang dari sumber-sumber tersebut, akan ditolak.
Tasawuf adalah kajian yang masuk pada olah rasa (psikis). Oleh karena itu, yang menjadi objek kajian tasawuf bermuara kepada wilayah batin (dzawqy). Menurut Al-Hakim at-Tirmidzi (255-320), seorang tokoh sufi Khurasan, menjelaskan ada empat macam objek tasawuf yang ada pada diri manusia, yaitu ash-shadr al-qalb, al-fu, dan al-lubb. Dari segi tingkatan dan tempatnya, al-lubb berada di dalam alfuad al-fu di dalam al-qalb, dan al-qalb di dalam as-shadr.
Mistik
Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (gheim), serba rahasia (gheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in hetduistergehuld). Berdasarkan arti tersebut mistik merupakan paham yang memberikan ajaran yang serbamistis baik didasarkan pada aspek-aspek keagamaan (terkait dengan tuhan dan ketuhanan) dan aspek non-keagamaan
(tidak terkait dengan Tuhan ataupun ketuhanan). Ajaran mistik hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja yaitu penganutnya. Di samping itu, ajaran yang dikonsepsikannya juga terkesan subjektif, karena tidak ditemukan pedoman dasar yang universal dan otentik. Ajaran mistik hanya bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu tidak ada yang sama antara paham mistik yang satu dengan yang lainnya, meski berbicara tentang hal yang sama. Biasanya, tokoh dalam paham mistik sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan (dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya, karena dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut karisma. Sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian tentang paham yang diajarkannya itu biasanya melalui pengalaman pribadinya sendiri dan penerimaannya itu tidak dapat dibuktikannya sendiri kepada orang lain. Hal ini yang kemudian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Dalam konteks modern seperti
sekarang ini, paham mistik kiranya menjadi pilihan alternatif oleh sebagian besar masyarakat perkotaan (urban) akibat ketidak puasannya terhadap agama.
Tasawuf yang Mistik atau Mistik memang Tasawuf?
Mistisisme dalam Islam diberi nama tasawuf; oleh kaum orientalis Barat disebut sufisme. Tujuan dari paham mistik adalah dapat bersatunya seorang hamba dengan Tuhan dan selain Tuhan, dengan jalan sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam tasawuf konsepsi tersebut dikenal misalnya tentang "Ittihad Hulul Wiadat al-Wujud, dan Manunggaling Kawulo Gusti". Harun Nasution menyebutkan, bahwa intisari dari mistisisme ialah kesadaran akan adanya dialog antara ruh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi, sehingga bisa dikatakan bahwa pranata mistik adalah seperangkat aturan yang berkisar tentang kegiatan tasawuf/ sufisme.
Jika tasawuf diidentikkan dengan mistisisme maka akan terjadi pemahaman dan untuk selanjutnya akan berimbas kepada pengamalan dari keduanya itu. Misalnya, pemahaman tentang perilaku keruhanian/ kesufian yang dilakukan oleh seorang yang beragama -yang berpijak dari sumber wahyu- maka akan berbeda dengan aktivitas keruhanian yang dilakukan oleh orang yang tidak berpijak kepada sumber wahyu. Dengan demikian, akan sulit dibedakan mana yang disebut aktivitas kesufian dan mana yang disebut aktivitas kemistikan.
Dalam konteks tersebut akan sulit dibedakan mengenai definisi orang sakti/ hebat dengan cara belajar ilmu kanuragan, kesaktian (ilmu hikmah), dan lain-lain; dengan orang yang memang mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara maqamat (stations/ stages/ tahapan-tahapan) dalam tasawuf. Ini yang kemudian dapat mengelabui banyak orang atas kekaburan tersebut. Oleh karena itu, kiranya penting untuk dijelaskan perbedaan dan persamaan antara tasawuf dan mistik sehingga dipahami akan posisi dan eksistensi ajaran masing-masing.
Yunasril Ali melihat ada dua hal yang dapat membedakan aliran tasawuf dan msitik, yaitu dilihat dari perspektif tujuan dan sumber. Dari perspektif tujuan, tasawuf bertujuan mempertinggi martabat manusia dengan jalan penyucian ruhani, sedangkan msitik bertujuan menjadikan manusia bisa bersatu dengan Tuhan dengan melalui penyucian jiwa. Sedangkan dari perspektif sumber, tasawuf bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sementara mistik bersumber dari alam pemikiran manusia.
Daftar Pustaka
Ni’am, Syamsun. Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cetakan 1, 2014.
0 Response to "Tasawuf yang Mistik atau Mistik memang Tasawuf?"
Post a Comment