Hukum Membuat Kijing Pada Makam

Hukum Membuat Kijing Pada Makam


Sumber:Suara.com



Diskripsi mas'alah;

Banyak sekali kita jumpai di pemakaman-pemakaman umum yang disemen atau dibuat kijing baik di desa, kota bahkan di Yaman sekali pun, tentunya dengan beberapa alasan seperti agar tidak ditempati oleh orang lain dsb.




Pertanyaan: bagaimana sudut pandang fikih dalam menghukumi kuburan yang disemen/dikijing?


Jawaban:


-Haram bagi orang biasa di pemakaman umum(TPU) tanpa adanya hajat

-Makruh bagi orang biasa di tanah milik pribadi tanpa adanya hajat.

-Boleh secara multak dengan adanya hajat.

- Boleh secara mutlak bagi orang sholih meski tanpa hajat, dengan tujuan mempermudah peziaraj dan tabarruk.


Ibaroh;


1.

579 - وَلِمُسْلِمٍ عَنْهُ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ, وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ, وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ. (1)



"Dari Imam Muslim Ra. Bahwa, Rosululloh Saw. Melarang kuburan disemen, diduduki dan dibangun."

[ابن حجر العسقلاني ,بلوغ المرام من أدلة الأحكام ,page 165]

2.

فلا تجصص القبور، أي: لا يبنى عليها بنيان، سواء كان كالقبة، أو كان كالغرفة، وسواء كان البناء في ذات القبر، أو كان جرماً عالياً مجسماً بارتفاع قدر متر أو مترين، هذا كله منهي عنه.


"Kuburan janganlah disemen, maksudnya jangan dibuat bangunan di atasnya, baik semacam kubah atau semacam kamar, baik itu di dalam kuburannya maupun tanah tinggi yang menggunduk dengan tinggi kira-kira sata atau dua meter. Kesemuanya itu dilarang."


[عطية سالم، شرح بلوغ المرام لعطية سالم، ٢١/١٢١]





3.

وكره بناء له أي للقبر أو عليه لصحة النهي عنه بلا حاجة كخوف نبش أو حفر سبع أو هدم سيل. ومحل كراهة البناء إذا كان بملكه فإن كان بناء نفس القبر بغير حاجة مما مر أو نحو قبة عليه بمسبلة وهي ما اعتاد أهل البلد الدفن فيها عرف أصلها ومسبلها أم لا أو موقوفة حرم وهدم وجوبا لأنه يتأبد بعد انمحاق الميت ففيه تضييق على المسلمين بما لا غرض فيه.


"Dimakruhkan membangun bangunan di atas kubur karena ada hadits shohih yang melarangnya, kemakruhan tersebut bilamana dalam membangun(kijing)nya tanpa adanya hajat, semisal khawatir terbongkar, digali hewan buas, atau hanyut oleh air. Dan(perlu diketahui) bahwa kemakruhan membuat bangunan itu jika makam tersebut berada di tanah milik pribadi, apabila pembangunan kubur atau semacam kubah tanpa adanya hajat seperti di atas tadi, dan berada di tanah yang disediakan, yaitu tanah yang biasanya oleh penduduk digunakan untuk memakamkan(TPU), baik asal dan pemiliknya diketahui atau tidak, atau di tanah waqof, maka hal tersebut adalah haram dan wajib untuk dibongkar. Karena bangunan tersebut  menjadi permanen setelah busuknya mayat dan membuat sempit orang muslim lain karena hal yang tidak ada tujuannya(manfaatnya)."


[زين الدين المعبري، فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين، صفحة ٢١٩]


4. وَلَوْ بُنِيَ) عَلَيْهِ (فِي مَقْبَرَةٍ مُسَبَّلَةٍ) وَهِيَ الَّتِي جَرَتْ عَادَةُ أَهْلِ الْبَلَدِ بِالدَّفْنِ فِيهَا (هُدِمَ) الْبِنَاءُ؛ لِأَنَّهُ يَضِيقُ عَلَى النَّاسِ، وَلَا فَرْقَ بَيْنَ أَنْ يَبْنِيَ قُبَّةً أَوْ بَيْتًا أَوْ مَسْجِدًا أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، وَمِنْ الْمُسَبَّلِ - كَمَا قَالَ الدَّمِيرِيُّ وَغَيْرُهُ - قَرَافَةُ مِصْرَ فَإِنَّ ابْنَ عَبْدِ الْحَكَمِ ذَكَرَ فِي تَارِيخِ مِصْرَ أَنَّ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ أَعْطَاهُ الْمُقَوْقَسُ فِيهَا مَالًا جَزِيلًا، وَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِي الْكِتَابِ الْأَوَّلِ أَنَّهَا تُرْبَةُ الْجَنَّةِ فَكَاتَبَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فِي ذَلِكَ. فَكَتَبَ إلَيْهِ إنِّي لَا أَعْرِفُ تُرْبَةَ الْجَنَّةِ إلَّا لِأَجْسَادِ الْمُؤْمِنِينَ فَاجْعَلُوهَا لِمَوْتَاكُمْ، وَقَدْ أَفْتَى جَمَاعَةٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ بِهَدْمِ مَا بُنِيَ فِيهَا.


"Apabila dibangun sebuah bangunan di atas kuburan musabbalah yaitu kuburan yang sudah berlaku kebiasaan suatu penduduk negri untuk mengubur di kuburan tersebut, maka bangunan tersebut harus dihancurkan. Karena itu dapat menyempitkan orang lain. Dan tidak ada perbedaan antara membangun kubah, rumah, masjid atau lain sebagainya.... "

الخطيب الشربيني ,مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج ,2/55]

5.
وقال البجيرمي: واستثنى بعضهم قبور الأنبياء والشهداء والصالحين ونحوهم.
وعبارة الرحماني نعم، قبور الصالحين يجوز بناؤها ولو بقية لإحياء الزيارة والتبرك


"Imam Al-bujairomi berkata; dan sebagian ulama mengecualikan makam para Nabi, Syuhada' dan orang-orang sholih dan lain sebagainya. (Redaksi imam arrohamani; Benar, makam orang-orang sholih boleh dibangun meski dengan kubah, dengan tujuan menghidup-hidupi(ngurip-urip, memudahkan)zairoh dan untuk tabarruk(ngalap berkah)."


البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ١٣٧/٢]

والله أعلم بالصواب


Mujawib: Nur Fuad

0 Response to "Hukum Membuat Kijing Pada Makam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel