Dzikir Saat Mengiringi Jenazah
Berdzikir Saat Mengiring Jenazah Itu Sunnah.
Sudah bukan hal yang aneh dan sudah menjadi Tradisi bagi Ahli Sunnah Wal Jama'ah, terlebih warga NU. Membaca dzikir kalimah Thoyyibah saat mengiring jenazah. Bahkan anak kecil sekali pun tahu akan hal itu. Sering dijumpai anak-anak bermain memanggul sesuatu sambil membaca "Laa ilaaha Illalloh..." Berulang kali dengan maksud sedang beradegan memanggul keranda mayit seperti yang orang-orang dewasa lakukan.
Hal itu sangat baik sebagai tauladan buat anak-anak kecil, agar mereka terbiasa dan mengenal kalimat Tauhid dengan segudang keutamaannya. Dalam kitab "Lubabul Hadits" Imam As-suyuti menulisakn sebuah hadits;
عن أنس قال: من قال لا اله الا الله ومدّها هدمت له اربعة آلاف ذنب من الكبائر. قيل فان لم يكن له هذه الكبائر؟ قال: يغفرله ذنوب أبويه وأهله وجيرانه٠
“Dari Sayidyna Anas Ra. Rosululloh Saw. Bersabda; Barangsiapa yang membaca 'Laa ilaaha illaAllah' seraya memanjangkan lafadz 'Laa', maka dihapuslah empat ribu dosa besarnya. Ditanyakan: bagaimana seandainya, si orang tersebut tidak mempunyai dosa besar? Maka dosa besar (selain syirik) itu akan menghapus kesalahan pada kedua orang tuanya, keluarganya atau tetangganya.”(Lubabul Hadits, Tanqiihul Qoul.)
Dalam kitab Tanbihul Ghofilin karya Imam Abu Laits As-samrqondi dikutib sebuah hadits berikut ;
639 - وَعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , أَنَّهُ قَالَ: " مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَرَجَ مِنْ فِيهِ طَيْرٌ أَخْضَرُ، لَهُ جَنَاحَانِ أَبْيَضَانِ مُكَلَّلَانِ بِالدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ، فَعَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْمَعُ لَهُ دَوِيٌّ تَحْتَ الْعَرْشِ، كَدَوِيِّ النَّحْلِ فَيُقَالُ لَهُ: اسْكُنْ فَيَقُولُ: لَا حَتَّى تَغْفِرَ لِصَاحِبِي، فَيُغْفَرُ لِقَائِلِهَا، ثُمَّ يُجْعَلُ بَعْدَهَا لِذَلِكَ الطَّائِرِ سَبْعُونَ لِسَانًا يَسْتَغْفِرُ لِصَاحِبِهِ، إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ جَاءَ ذَلِكَ الطَّيْرُ فَأَخَذَ بِيَدِ صَاحِبِهِ حَتَّى يَكُونَ قَائِدَهُ، وَدَلِيلَهُ إِلَى الْجَنَّةِ
"Dari Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda: “Barangsiapa membaca kalimat 'Laa ilaaha illalloh', maka keluarlah dari mulutnya seekor burung berwarna hijau kedua sayapnya berwarna putih yang berkulit dengan mutiara dan yakut, burung itu naik kelangit dan diperdengarkan padanya suara dibawah arasy bagaikan suara lebah, lalu dikatakan kepadanya; Diamlah! Burung itu menjawab: tidak, sehingga Engkau mengampuni orang yang membacaku(kalimat thoyyibah”, Maka pembacanya diampuni dosanya. Setelah itu burung tersebut mulutnya dijadikan 70 yang dengan 70 mulut itu dia memohonkan ampun pada orang yang telah membacanya sampai hari kiamat. Dan saat hari kiamat terjadi, burung itu datang meraih tangan si pembaca sebagai penuntun dan dan penujuk jalan ke surga."
[أبو الليث السمرقندي ,تنبيه الغافلين بأحاديث سيد الأنبياء والمرسلين للسمرقندي ,page 417]
Hadits ini juga bisa kita jumpai dalam kitab "Lubabul Hadits" Karya imam As-suyuthi, dan juga di kitab "Durrotun Nashihin" Karya Imam Ustman bin Hasan Ra.
Banyaknya hadist yang membicarakan keutamaan kalimat Tauhid, namun tidak terdapat larang dalam membacanya pada waktu tertentu. Berarti membacanya saat mengiring Jenazah adalah boleh. Namun, ada hadits yang lebih spesifik dalam membahas hal ini, yaitu hadits dari Ibnu Umar;
لَمْ يَكُنْ يُسْمَعُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجِنَازَةِ، إلَّا قَوْلُ: لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، مُبْدِيًا، وَرَاجِعًا
“Tidak ada yang didengar dari Rasulullah Saw. Ketika beliau berjalan di belakang jenazah kecuali kalimat "La Ilaha Illa Allah", dengan jelas dan diulang-ulang.“
Seorang Ulama dalam kitabnya memberikan hukum sunnah membaca kalimat Tauhid saat mengiring Jenazah. Di antaranya dalam kitab "Tanwirul Qulub" ;
وَيُسَنُّ الْمَشْيُ اَمَامَهَا وَقُرْبَهَا وَاْلاِسْرَاعُ بِهَا وَالتَّفَكُّرُ فِى الْمَوْتِ وَماَبَعْدَهُ . وَكُرِهَ اللُّغَطُ وَالْحَدِيْثُ فِيْ اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَرَفْعِ الصَّوْتِ اِلاَّ بِالْقُرْأَنِ وَالذِّكْرِ وَالصَّلاَتِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ بَأْسَ بِهِ اْلاَنَ لِأَنَّهُ شِعَارٌ لِلْمَيِّتِ
“Disunnahkan untuk berjalan di depan keranda (jenazah) atau di dekatnya sambil berjalan cepat dan berpikir tentang kematian dan sesudahnya. Dan dimakruhkan untuk gaduh, bercakap-cakap tentang urusan dunia, apalagi dengan suara keras, kecuali melantunkan ayat-ayat Alqur’n, membaca zikir, atau salawat kepada Nabi Saw. karena hal ini menambah syi’ar dan penghormatan bagi jenazah.”
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa membaca kalimat Thoyyibah saat mengiring Jenazah adalah sunnah, bukan bid'ah.
لا إله إلا الله محمد رسول الله
والله أعلم بالصواب
0 Response to "Dzikir Saat Mengiringi Jenazah"
Post a Comment